Senin, 23 September 2013

Masjid Sultan Suriansyah



Masjid Sultan Suriansyah yang didirikan pada awal abad 16, berada ditengah pemukiman penduduk, dibangun pada sisi utara Sungai Kuin, terletak di Jl. Kuin Utara, Kelurahan Pangeran, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kalimantan Selatan









Bentuk bangunan “Masjid Pertama”  yang didirikan di Kota Banjarmasin ini terlihat unik dan indah serta terkesan kuno, hampir pada sebagian besar dinding maupun ornamen (kaligrafi) yang terdapat pada masjid ini didominasi oleh warna hijau dan kuning

Diawal pembangunannya masjid ini dibuat dengan ukuran panjang dan lebar sekitar 16 x 16 Meter, seluruh tiang, lantai, maupun dindingnya berbahan dasar kayu lokal

Sebuah bangunan “panggung” (model bangunan yang biasa dibuat pada lahan yang rendah, atau pada lahan rawa, dengan banyak tiang pada bagian bawahnya)

Dalam perjalanan waktu, masjid ini telah beberapa kali mengalami perbaikan dan rehabilitasi karena pada beberapa bagiannya telah ada yang lapuk dimakan usia

Perbaikan dilakukan, dengan  tetap mempertahankan ciri khas dan bentuk yang dimiliki oleh bangunan masjid ini seperti pada awal pembangunannya








Keberadaan masjid ini merupakan bukti sejarah, awal masuknya agama islam pada abad 16 yang lalu di daerah Banjarmasin, yang pada kemudian hari, berkembang dan menyebar keseluruh wilayah Kalimantan Selatan dan juga ke propinsi tetangganya

Nama masjid ini diambil dari nama Sultan Kerajaan Banjar yaitu Sultan Suriansyah, Beliau ini adalah Raja Banjar pertama yang beragama Islam

Untuk orang luar daerah Banjarmasin, mungkin belum banyak yang mengetahui siapa gerangan Sultan Banjar yang bernama Suriansyah ini

Ringkasan Sejarah, (merupakan kilas balik ceritera perjalanan panjang Pangeran Samudera dalam menjalani takdirNYA untuk menjadi seorang muslim)

Nama Beliau sebelum memeluk agama Islam adalah Pangeran Samudera, kadang disebut juga Raden Samudera, merupakan cucu dari Raja di Kerajaan Daha yang bernama Sukarama

Setelah Raja Sukarama mangkat, pemerintahan dikuasai oleh anak sulungnya yang bernama Pangeran Mangkubumi

Dalam Surat Wasiat Raja Sukarama, disebutkan bahwa jika Beliau telah tiada, maka tahta akan diberikan kepada cucunya (Pangeran Samudera)

Kemudian terjadilah konflik di keluarga kerajaan, yang berujung dengan tewasnya Pangeran Mangkubumi yang dibunuh oleh adik kandungnya sendiri, Pangeran Temanggung

Merasa kurang aman, Pangeran Samudera dan pengikutnya kemudian mengungsi ke Hilir Sungai (Kuin Sekarang)

Masyarakat Kuin yang mengetahui bahwa  Pangeran Samudera adalah pewaris yang berhak atas tahta Kerajaan Daha, kemudian mendaulat Beliau menjadi Raja Kuin

Pada masa itu di Kalimantan Selatan terdapat dua buah kerajaan yaitu Kerajaan yang berpusat di Hulu Sungai (Kerajaan Daha, Pangeran Temanggung) dan di Hilir Sungai (Kerajaan Kuin, Pangeran Samudera)

Konflik antar dua kerajaan ini terus berlanjut, bahkan menjadi perang saudara, karena merasa terdesak, Pangeran Samudera mengirim utusan ke Kerajaan Demak di Jawa tengah untuk meminta bantuan

Raja Demak pada waktu itu (Sultan Trenggono) bersedia membantu Pangeran Samudera, dengan syarat Pangeran Samudera harus masuk Islam, jika peperangan nantinya dimenangkan oleh Kerajaan Kuin

Pangeran Samudera menyetujui syarat tersebut, maka Raja Demak,  mengutus Khatib Dayyan dan pasukannya untuk memerangi Kerajaan Daha

Perang selesai dengan kemenangan dipihak Kerajaan Kuin, Pangeran Samudera memenuhi janjinya untuk masuk Islam, lalu diikuti oleh keluarga kerajaan, kemudian Beliau mengganti namanya menjadi “Suriansyah”

Setelah beragama Islam, Sultan bersama dengan Khatib Dayyan dibantu oleh rakyatnya mulai membangun Masjid Pertama di Kerajaan Kuin

Mungkin  ada yang bertanya, Siapakah Panglima Perang yang bernama Khatib Dayyan yang telah diutus oleh Sultan Trenggono untuk membantu Pangeran Samudera?

Beliau adalah salah satu dari cucu buyut Sunan Gunung Jati, Nama asli beliau adalah Syeh Syarif Abdurrahman, tetapi lebih dikenal dengan nama Khatib Dayyan

Tidak jauh dari lokasi masjid ini, sekitar 200 Meter kearah barat dari masjid, terdapat tempat Pemakaman Keluarga Kesultanan Banjar





Ditempat inilah dimakamkan Sultan Suriansyah, Permaisuri, beberapa keturunannya, Khatib Dayyan, dan tokoh penting lainnya

Selain untuk tempat pemakaman keluarga kerajaan, ditempat ini juga dibangun sebuah museum kecil dengan nama Museum Makam Sultan Suriansyah



 
Isi museum ini diantaranya adalah, Foto-foto keluarga kerajaan, Daftar silsilah keluarga, Keramik, Senjata Tradisional, dan Busana tempo dulu

Bagi pengunjung dari luar kota yang ingin berkunjung kesini, dapat menggunakan  Taxi Kota (Argo) maupun mobil charter, yang bisa ditemukan disekitar hotel tempat Anda menginap

Alternatif lain adalah menggunakan jasa ojek (jika datang sendirian), jika datang berkelompok  bisa menggunakan Angkutan Kota Jurusan ke Kayutangi, kemudian minta diantarkan ke lokasi masjid, dengan memberikan sedikit biaya tambahan

Informasi lainnya, Kawasan Wisata Syariah ini tidak berjauhan letaknya dengan tempat wisata lain seperti, Pasar Terapung, dan Wisata Pulau kembang

Disepanjang bantaran Sungai Kuin ini, mudah ditemukan tempat persewaan perahu motor yang dapat disewa untuk mengantarkan pengunjung menuju tempat wisata tersebut