Senin, 10 Maret 2014

Borubudur, satu dari tujuh keajaiban dunia



Kawasan Candi Borubudur terlihat lebih rimbun dan lebih hijau dibanding ketika kunjungan Saya kesini pada beberapa tahun yang lalu

Candi Borubudur bisa di akses dengan kendaraan darat dari arah mana saja, tergantung dari mana kita datang, kontur jalan lumayan baik, datar, dan beraspal mulus

Candi Borubudur terletak di Desa Borubudur, Kecamatan Borubudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, berjarak sekitar 40 Km di sebelah Barat Laut kota Yogyakarta


Setelah membayar tiket masuk sebesar 30K, Saya bersama dengan pengunjung lain mulai berjalan menuju ke Pintu Gerbang Utama

Menjelang memasuki pintu gerbang, Saya dipinjami oleh Pengelola Candi selembar sarung dengan motif batik yang harus dipakai pada saat Saya berada dilingkungan candi

Aturan semacam ini diberlakukan juga ketika Saya sedang berkunjung ke Candi Prambanan dan Candi Boko, bedanya hanya warna dan motif batiknya saja yang tidak sama

Pemakaian sarung batik ini cukup dililitkan atau di ikatkan diseputaran pinggang, dengan maksud untuk menghormati tempat ibadah saudara kita yang beragama hindu dan Budha  

Setelah melewati pintu gerbang utama, Saya mulai masuk ke kawasan Candi Borubudur, terlihat dihadapan Saya Bangunan besar dan kokoh

Sebuah bangunan situs bersejarah warisan masa lalu hasil karya pendahulu kita yang dapat dilihat dan dipelajari oleh generasi sekarang, bangunan ini juga merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang ada saat ini

Candi Borubudur dibangun diatas sebuah bukit, dengan sisi panjang dan lebar bangunan yang nyaris sama 123 Meter, mempunyai ketinggian 34,5 Meter, dengan keliling lingkaran 492 Meter

Tidak kurang dari 55.000 Meter Kubik Batu Andesit yang dipergunakan untuk menyelesaikan bangunan yang fenomenal ini


Berapa lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bangunan ini tidak Saya temukan catatannya, sementara ada sumber lain yang menyatakan bahwa untuk membangun Candi Borubudur ini dibutuhkan waktu sekitar 75 sd 100 tahun

Dilokasi candi ini terdapat sekitar 504 buah Patung dan 72 buah Stupa Berlubang yang dibuat dengan mutu seni tinggi yang tersebar dan tertata dengan baik pada bangunan berundak bertingkat sepuluh ini


Menurut mata awam Saya, Patung dan stupa tersebut nampaknya nyaris sama bentuknya, yang membedakannya hanyalah dari ukuran besar atau kecilnya saja

Padahal jika dilihat dari Sikap Tangan (Mudra), masing-masing patung maupun stupa tersebut sejatinya memiliki perbedaan arti tersendiri

Terlepas dari bangunan candi ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah atau tempat ziarah untuk agama tertentu, bibir Saya berdecak kagum dengan kepiawaian teknologi konstruksi yang dimiliki oleh nenek moyang kita tempo dulu

Saat itu hampir dipastikan belum ditemukan tehnologi yang seperti kita kenal sekarang ini, tetapi dengan segala keterbatasan dijamannya, mereka telah mampu membuat sebuah bangunan besar dan megah yang dipercaya sebagai Bangunan Candi atau Kuil Budha terbesar di dunia  



Sekilas mengenai Candi Borubudur
Secara pasti tidak ditemukan rujukan otentik, kapan dimulainya pembangunan Candi Borubudur

Pada masa tersebut di Jawa Tengah, Wangsa Syailendra yang menganut Agama Budha Mahayana sedang memegang tampuk pemerintahan

Temuan tulisan pada kaki candi yang tertutup tanah yang berbahasa Sansekerta dengan huruf Kawi, dan kemudian membandingkan tulisan-tulisan tersebut dengan temuan prasasti lain yang bertarikh pada beberapa tempat lain di Pulau Jawa

Maka Para Ahli berpendapat bahwa Candi Borubudur diperkirakan dibangun pada Tahun 800 Masehi

Pada Tahun 1814, Thomas Stamford Raffles, (Gubernur Jenderal pada waktu itu), menemukan reruntuhan Candi Borubudur yang telah lama terkubur didalam tanah

Pada Tahun 1834, Residen Kedu melakukan pembersihan disekitar candi, sehingga seluruh bentuk candi dapat dilihat secara utuh

Selama kurun waktu 1850 sd 1960 dilakukan lagi penggalian yang lebih intensif serta tindakan penyelamatan terhadap peninggalan masa lalu ini oleh pemerintah Indonesia, dan hasilnya seperti apa yang kita lihat pada saat sekarang ini


Hari telah menjelang siang ketika Saya meninggalkan area candi dan berbaur dengan pengunjung lain menuju pintu keluar

Disepanjang jalan menuju tempat parkir, perasaan Saya terusik oleh ulah beberapa oknum pedagang asongan yang menurut Saya sepertinya bertindak setengah memaksa pengunjung untuk membeli barang jualannya

Sebagai pelancong lokal seperti Saya, perilaku pedagang asongan ini tidak terlalu aneh, karena hal semacam ini sering Saya temukan juga di tempat wisata lainnya

Bagi Wisatawan Manca Negara tentu lain lagi kesan dan ceritera yang akan dibawa pulang kenegaranya

Untuk menciptakan kondisi yang lebih baik kedepannya, Sepertinya manajemen Candi Borubudur sekali waktu perlu menyamar sebagai pengunjung untuk melihat sendiri ulah para pedagang asongan yang terasa sangat mengganggu kenyamanan pengunjung