Kawasan
Candi Borubudur terlihat lebih rimbun dan lebih hijau dibanding ketika kunjungan
Saya kesini pada beberapa tahun yang lalu
Candi
Borubudur bisa di akses dengan kendaraan darat dari arah mana saja, tergantung
dari mana kita datang, kontur jalan
lumayan baik, datar, dan beraspal mulus
Candi
Borubudur terletak di Desa Borubudur, Kecamatan Borubudur, Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah, berjarak sekitar 40 Km di sebelah Barat Laut kota Yogyakarta
Setelah
membayar tiket masuk sebesar 30K, Saya bersama dengan pengunjung lain mulai
berjalan menuju ke Pintu Gerbang Utama
Menjelang
memasuki pintu gerbang, Saya dipinjami oleh Pengelola Candi selembar sarung
dengan motif batik yang harus dipakai pada saat Saya berada dilingkungan candi
Aturan
semacam ini diberlakukan juga ketika Saya sedang berkunjung ke Candi Prambanan
dan Candi Boko, bedanya hanya warna dan motif batiknya saja yang tidak sama
Pemakaian
sarung batik ini cukup dililitkan atau di ikatkan diseputaran pinggang, dengan
maksud untuk menghormati tempat ibadah saudara kita yang beragama hindu dan
Budha
Setelah
melewati pintu gerbang utama, Saya mulai masuk ke kawasan Candi Borubudur, terlihat
dihadapan Saya Bangunan besar dan kokoh
Sebuah
bangunan situs bersejarah warisan masa lalu hasil karya pendahulu kita yang
dapat dilihat dan dipelajari oleh generasi sekarang, bangunan ini juga merupakan
salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang ada saat ini
Candi
Borubudur dibangun diatas sebuah bukit, dengan sisi panjang dan lebar bangunan yang
nyaris sama 123 Meter, mempunyai ketinggian 34,5 Meter, dengan keliling lingkaran
492 Meter
Tidak
kurang dari 55.000 Meter Kubik Batu Andesit yang dipergunakan untuk menyelesaikan
bangunan yang fenomenal ini
Berapa
lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bangunan ini tidak Saya
temukan catatannya, sementara ada sumber lain yang menyatakan bahwa untuk
membangun Candi Borubudur ini dibutuhkan waktu sekitar 75 sd 100 tahun
Dilokasi
candi ini terdapat sekitar 504 buah Patung dan 72 buah Stupa Berlubang yang
dibuat dengan mutu seni tinggi yang tersebar dan tertata dengan baik pada
bangunan berundak bertingkat sepuluh ini
Menurut
mata awam Saya, Patung dan stupa tersebut nampaknya nyaris sama bentuknya, yang
membedakannya hanyalah dari ukuran besar atau kecilnya saja
Padahal
jika dilihat dari Sikap Tangan (Mudra), masing-masing patung maupun stupa tersebut
sejatinya memiliki perbedaan arti tersendiri
Terlepas
dari bangunan candi ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah atau tempat ziarah
untuk agama tertentu, bibir Saya berdecak kagum dengan kepiawaian teknologi
konstruksi yang dimiliki oleh nenek moyang kita tempo dulu
Saat
itu hampir dipastikan belum ditemukan tehnologi yang seperti kita kenal sekarang
ini, tetapi dengan segala keterbatasan dijamannya, mereka telah mampu membuat
sebuah bangunan besar dan megah yang dipercaya sebagai Bangunan Candi atau Kuil
Budha terbesar di dunia
Sekilas mengenai Candi Borubudur
Secara
pasti tidak ditemukan rujukan otentik, kapan dimulainya pembangunan Candi
Borubudur
Pada
masa tersebut di Jawa Tengah, Wangsa Syailendra yang menganut Agama Budha
Mahayana sedang memegang tampuk pemerintahan
Temuan
tulisan pada kaki candi yang tertutup tanah yang berbahasa Sansekerta dengan
huruf Kawi, dan kemudian membandingkan tulisan-tulisan tersebut dengan temuan
prasasti lain yang bertarikh pada beberapa tempat lain di Pulau Jawa
Maka
Para Ahli berpendapat bahwa Candi Borubudur diperkirakan dibangun pada Tahun
800 Masehi
Pada
Tahun 1814, Thomas Stamford Raffles, (Gubernur Jenderal pada waktu itu),
menemukan reruntuhan Candi Borubudur yang telah lama terkubur didalam tanah
Pada
Tahun 1834, Residen Kedu melakukan pembersihan disekitar candi, sehingga seluruh
bentuk candi dapat dilihat secara utuh
Selama
kurun waktu 1850 sd 1960 dilakukan lagi penggalian yang lebih intensif serta
tindakan penyelamatan terhadap peninggalan masa lalu ini oleh pemerintah
Indonesia, dan hasilnya seperti apa yang kita lihat pada saat sekarang ini
Hari
telah menjelang siang ketika Saya meninggalkan area candi dan berbaur dengan
pengunjung lain menuju pintu keluar
Disepanjang
jalan menuju tempat parkir, perasaan Saya terusik oleh ulah beberapa oknum pedagang
asongan yang menurut Saya sepertinya bertindak setengah memaksa pengunjung untuk
membeli barang jualannya
Sebagai
pelancong lokal seperti Saya, perilaku pedagang asongan ini tidak terlalu aneh,
karena hal semacam ini sering Saya temukan juga di tempat wisata lainnya
Bagi
Wisatawan Manca Negara tentu lain lagi kesan dan ceritera yang akan dibawa
pulang kenegaranya
Untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik kedepannya, Sepertinya manajemen Candi
Borubudur sekali waktu perlu menyamar sebagai pengunjung untuk melihat sendiri
ulah para pedagang asongan yang terasa sangat mengganggu kenyamanan pengunjung