Kamis, 13 Juli 2017

Jalan-jalan ke Dieng Plateu, Wonosobo (Bagian 2)



Bukit Sikunir
Pukul 04.15 Mini Bus bergerak meninggalkan home stay menuju Sikunir Gunung (orang setempat menyebutnya begitu) tidak dengan sebutan, Gunung Sikunir

Gunung Sikunir berada diwilayah Desa Sembungan (Desa Tertinggi di Jawa Tengah, dengan ketinggian sekitar 2.200 M dpl) lumayan tinggi juga sih bila didatangi dengan berjalan kaki

Saya menyebutnya dengan Bukit Sikunir saja, bukan gunung, karena ketinggiannya lebih kurang sama dengan Bukit Sidengkeng bila jaraknya dihitung dari tempat kami parkir mobil


 



Tadinya Saya tidak ingin ikut ke Sikunir, logika Saya, kenapa harus bela-belain melihat matahari terbit dan meninggalkan sholat subuh, mendingan melihat sunrise dari home stay saja

Setelah diberitahu oleh pemandu wisata bahwa diatas Sikunir tersedia juga mushola untuk pengunjung, akhirnya Saya ikut

Mendaki Bukit Sikunir ternyata lebih berat dibanding naik ke Bukit Sidengkeng, Kemiringan lerengnya rata-rata hampir 70 derajat

Masalah buat  Aku?  Iyalah ! 
Jarang olahraga, tidur sedikit, udara dingin, subuh lagi

Hanya doa dan semangat  Kurang Piknik  sajalah yang akhirnya bisa membantu Saya sampai ke puncak Sikunir (2.500 M, dpl)

Baca juga, Taman Wisata Borneo Life di Kalimantan Timur

Suasana dipuncak Sikunir pada subuh itu seperti pasar malam, penuh dengan pengunjung yang datang, tujuannya sama, yaitu menunggu matahari terbit    

Saya agak pesimis untuk bisa melihat matahari terbit, karena sejak kemaren sering hujan dan cuaca selalu terlihat mendung

Dugaan Saya benar, sampai pukul 07.00, dan ditunggu lagi sampai pukul 08.00, matahari tidak menampakkan diri

Sedikit kecewalah !
Tetapi Saya masih punya plan B, Saya akan datang lagi kesini pada kesempatan yang lain

Sambil menyeruput kopi, Saya sempat mengobrol dengan orang yang bersebelahan duduk di salah satu lapak kopi di atas Bukit Sikunir

“Pengunjung juga Mas” Tanya Saya, (kebiasaan Saya yang Kepo)

Bukan Pak, Saya Petugas Keamanan disini” Jawab Si Mas

Saya baru tahu, kalau disini ada Security yang ditugaskan oleh pengelola tempat wisata untuk mengawasi pengunjung yang datang

Tanpa Saya tanya Si Mas melanjutkan lagi penjelasannya

“Kami sengaja tidak memakai seragam, agar suasananya tidak terlalu formil, tugas kami memantau pengunjung yang datang  

Siapa tahu ada yang tiba-tiba jatuh sakit karena tidak terbiasa dengan udara dingin dan ketinggian

Kami akan memberikan bantuan awal seperlunya, dan kemudian membawa korban kebawah untuk diberikan pertolongan lebih lanjut” Ujar si Mas dengan panjang dan lebar

“Oh begitu”  Jawab Saya Antusias

Karena pengamanan tertutup model begini, belum pernah Saya temui sebelumnya, dan kayaknya wajib ditiru oleh pengelola wisata di tempat lain

Saya mengerti, Tugas mereka tidak melulu hanya untuk search and resque saja, tetapi meliputi banyak hal seperti penyalahgunaan obat terlarang, alkohol dan juga perbuatan kriminal (Jika ada)


Mau melihat keindahan Masjid Ji’ranah, dilembah Saraf?

Matahari belum juga terlihat, padahal jam tangan Saya sudah menunjuk angka sepuluh, setelah membayar harga kopi, Saya bergabung dengan teman lainnya yang masih berphoto ria

Keponakanku Achie dari Bogor, tetap cantik walaupun belum mandi



Perjalanan menuruni bukit sikunir menuju parkiran terasa lebih mudah dan santai dibanding waktu naik, (anak kecil juga tau, he he)

Hari ini adalah hari terakhir kami di Dieng, waktu yang tersisa kami gunakan untuk mengunjungi Dieng Plateu Theater dan Bukit Ratapan Angin (kebetulan lokasi kedua objek wisata ini saling berdekatan)


Dieng Plateu Theater dan Ratapan Angin
Theater ini menayangkan film dokumenter sebagai informasi visual mengenai dataran tinggi Dieng dan sekitarnya

Bioskop ini memiliki kapasitas 100 kursi, cukup memadai untuk menampung pengunjung yang masuk

Sementara sebagian teman lainnya, sudah ada yang masuk ke area Bukit Ratapan Angin




Bukit Ratapan Angin hampir sama dengan Bukit Sidengkeng, kaya dengan view indah untuk fotografi, keindahan alam yang hanya dapat dilihat dari ketinggian, sangat mempesona





Yang hobinya glantungan, disini tersedia dua Flying Fox, satu ada di halaman theater dan satunya lagi di Bukit Pandang, biayanya 35K per sekali luncur





Selesai disini, Kami kembali ke Home Stay, membenahi ransel dan tentengan, Eh, ternyata kami disuguhi makan siang lagi

Sopir Mini Bus menyalakan mesin sebagai tanda bahwa Dia telah siap membawa kami pulang ke Jakarta


Informasi lain
Objek Wisata tersebar didalam dua wilayah Kabupaten (Wonosobo dan Banjarnegara) 

Tempat Wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah, Kawah Sikidang, Bukit Sidengkeng, Telaga Warna, Bukit Sikunir, Bukit Ratapan Angin, Kompleks Candi, dan Dieng Plateu Theater

Waktu terbaik untuk berkunjung kesini pada hari Sabtu dan Minggu (sepanjang tahun), sedangkan Peak Season jatuh pada awal bulan Agustus (Acara, Pemotongan Rambut Gimbal)

Tempat wisata lain yang masih dalam lingkup Dataran Tinggi Dieng adalah, Menara Pandang, Telaga Cebong, Selo Otek, Ondho Budho, Curug Sikarim, Gunung Prau, Goa Jaran, Goa Semar dan Museum Kailasa

Buah Tangan atau oleh-oleh khas Dieng adalah, Purwaceng, Carica, dan Mie Ongklok (yang terakhir ini sebaiknya tidak dibawa pulang, dinikmati ditempat penjualnya saja)

Terimakasih untuk Leader Byg Trip  sebagai Penyelenggara Tours, yang telah memberikan pelayanan terbaik selama tour ini berlangsung 
(Penginapan yang bersih dan aman, serta Jamuan makan tiga kali sehari dengan variasi menu)




Selamat berwisata, Utamakan kenyamanan dan keselamatan berwisata,
Hargai dan Hormati Keariefan Lokal dan Budaya Setempat, Buanglah sampah pada tempatnya, Salam

Sebaiknya, Baca Bagian1 dulu






Jalan-jalan ke Dieng Plateu, Wonosobo (Bagian 1)



Penunjuk Waktu telah masuk pukul 21.00 ketika Saya tiba disebuah gerai Fast Food dibilangan Semanggi pada Jum’at malam di bulan Februari lalu

Sebuah tempat yang telah kami sepakati sebelumnya, starting point untuk berkumpul bila ingin bepergian

Tujuan kami Dieng Plateu di Jawa Tengah, rombongan berjumlah 15 orang termasuk sopir, setelah peserta berikut barang bawaannya lengkap, Mini Bus meninggalkan tempat parkir menuju keluar kota

Malam belum begitu larut, ketika kami meninggalkan Tol Cipali untuk masuk ke Tol berikutnya, penumpang di kabin belakang telah ada yang terlelap, sementara yang lainnya masih asik dengan ponselnya

Saya tidak terbiasa tidur jika sedang dalam perjalanan, dan untuk mengusir rasa kantuk, hanya satu pilihanku, mengajak ngobrol Pak Sopir

Losari, Brebes, Tegal, dan Slawi sudah dilewati, hampir setengah wilayah Jawa Tengah telah kami arungi, posisi kami sekarang berada di lereng Gunung Slamet untuk menuju kota berikutnya, Purbalingga

Informasi yang Saya dapat dari Pak Sopir, menjelang subuh kami sudah sampai di Purbalingga, saat itu masih Saya sempatkan untuk berdoa agar perjalanan kami tidak ada halangan

Ternyata Pak Sopir benar, menjelang subuh kami sudah sampai di Purbalingga, setelah singgah beberapa menit pada sebuah masjid untuk Sholat Subuh, kami menuju Banjarnegara, untuk lanjut lagi ke kota berikutnya, Wonosobo

Dua jam berselang kami telah sampai di alun-alun kota Wonosobo, Alhamdulillah perjalanan lancar sesuai dengan rencana

Setelah cuci muka dan menikmati kopi panas dan jajanan, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Plateu

Jarak Wonosobo ke Dieng sekitar 25 Km, waktu itu Saya sempat bertanya kepada Pak Sopir, kenapa tidak langsung menggunakan jalan dari Banjarnegara menuju Dieng

Pak Sopir menjawab, Dia tidak mau ambil resiko di jalan, karena menurutnya perjalanan akan jauh lebih aman jika ke Wonosobo dulu baru menuju Dieng

Saya tidak ingin bertanya lebih jauh, karena Saya yakin Pak Sopir pasti lebih tahu kondisi jalan yang akan dilaluinya

Sekitar pukul 10.00 kami sudah sampai di Pintu Gerbang masuk ke Dataran Tinggi Dieng, tempat wisata pertama yang kami datangi adalah Kawah Sikidang






Kawah Sikidang
Ada tiga kawah di Dieng Plateu, Kawah Sikidang, Kawah Candra Dimuka, dan Kawah Sileri

Kawah Sikidang termasuk kawah yang terbaik, dan juga merupakan tempat wisata favorit, Kawah ini aman, dan mudah didatangi

Ketika kami memasuki wilayah Sikidang, aroma blerang mulai terasa menyengat dihidung, tidak berbahaya sih, tetapi cukup mengganggu karena belum terbiasa

Saya memasang masker yang tadi Saya beli diparkiran. Kemudian berbaur dengan pengunjung lain dan mendekat ke bibir kawah, asap putih dan aroma belerang yang keluar dari tengah kawah memberikan sensasi tersendiri yang tidak dijumpai ditempat wisata lain  










Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam, kami meninggalkan Kawah Sikidang menuju ke Home Stay untuk mandi, istirahat, makan siang, dan Sholat Zuhur


Wana Wisata Petak Sembilan
Tempat Witasa berikutnya yang kami datangi adalah Wana Wisata Petak Sembilan

Tempat wisata berupa bukit kecil yang ditumbuhi oleh rumputan diselingi oleh hutan kecil dengan ragam pohon yang tumbuh secara alami disitu

Dibukit ini terdapat area untuk Camping Ground, Pengunjung diperbolehkan mendirikan kemah untuk bermalam (kalau mau), tentunya setelah meminta ijin sebelumnya, kepada pengelola

Bukit kecil ini bernama Bukit Sidengkeng, aman untuk didaki karena sudah tersedia jalan untuk pendakian, bukit ini berukuran sedang dan tidak terlalu tinggi, sudut pendakian sekitar 30 derajat

Dari ketinggian Bukit Sidengkeng dapat dinikmati keindahan Telaga Warna, terutama pada saat terjadinya pergantian warna air telaga, pemandangan indah warna air telaga dari ketinggian, tidak dapat terlihat dengan baik jika kita berdiri langsung dipinggiran telaga

Perubahan warna air sangat tergantung pada kondisi cuaca (hujan atau panas) dan juga penyebaran kandungan sulfur yang terdapat pada air telaga





Telaga Warna
Kami menuruni Bukit Sidengkeng, untuk melihat lebih dekat Telaga Warna

Seperti yang Saya tulis sebelumnya, keindahan Telaga Warna hanya dapat dinikmati dengan lebih baik dari ketinggian saja

Disini kami hanya melepaskan penat sambil menghabiskan waktu untuk berphoto, membeli minuman ringan, dan menikmati jajanan yang banyak dijual disitu

Cuaca disekitar telaga mudah berubah dan tidak bisa diprediksi, dari semula cerah tiba-tiba berubah berkabut, dan hujan, dan tidak lama kemudian berubah menjadi cerah kembali








Kompleks Candi
Hujan mulai turun ketika kami meninggalkan Telaga Warna,  tujuan kami selanjutnya menuju kompleks percandian

Mengapa Saya menyebutnya dengan kompleks percandian  karena disitu terdapat beberapa bangunan candi, Saya tidak sempat memperhatikan yang mana Candi Bima atau Candi Arjuna dan seterusnya

Hujan belum juga reda, sementara candi yang mau didatangi berada diruang terbuka, dari pada kehujanan yang bisa berujung sakit, waktu tunggu hujan ini kami gunakan untuk menikmati Mie Ongklok disebuah kedai didepan kompleks candi (makanan khas Dieng ini, tampilannya sama seperti Mie Kuah biasa)

Mie Ongklok tandas, hujanpun berhenti, kami segera masuk ke area candi, waktu yang tersisa hanya sekitar satu jam saja, karena sudah tersita oleh hujan

Setelah berkeliling sebentar sambil mengambil photo seperlunya, Hampir menjelang maghrib ketika kami meninggalkan area tersebut




 


Acara selanjutnya, kembali ke Home Stay untuk mandi, makan malam, dan istirahat,  karena pada pukul 04.00 diniharinya, kami harus bersiap untuk mendaki Bukit Sikunir, mau melihat terbitnya matahari dari ketinggian