Senin, 25 September 2017

Mandi Junub menurut Kaidah Islam

Sholat adalah perintah Allah Swt, maka lakukan Sholat dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, agar ibadah kita dapat diterima oleh Allah Swt

Selain terpenuhi Syarat dan Rukun Sholat nya itu sendiri, sebelumnya telah didahului juga dengan Mandi Junub (jika sedang Berhadas Besar), Kemudian menyempurnakan Syarat dan Rukun Wudhunya, gunakan pakaian yang bersih dan lakukanlah ditempat yang bersih pulak

Jadi, Kesempurnaan Ibadah Sholat, jika diurutkan dari yang paling dasar adalah, Mandi Junub (Jika sedang ber hadas) , kemudian ber Wudhu, dan kemudian melaksanakan Sholat

Sebelum masuk kedalam bab Wudhu dan Sholat, Tulisan ini diawali dengan hal yang paling dasar,  Mandi Junub


Foto, Koleksi Google

Mandi Junub
Mandi Junub, Menjadi kewajiban bagi setiap orang islam yang telah menyatakan dirinya sebagai orang yang ber Iman.  

Q.S  Al-Maidah ayat 6
Wahai orang-orang yang beriman!
Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

Q.S An Nisa ayat ke 43
Wahai orang yang beriman!
Janganlah kamu mendekati shalat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.

Mandi junub berbeda dengan mandi biasa, baik niat maupun tata caranya.

Agar lebih jelasnya, sebaiknya kita bahas secara runtut mulai dari alasan diwajibkannya mandi junub, hingga tata caranya dalam beberapa versi.

Mengapa Harus Mandi Junub?
Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi, menjawab dan menjelaskan pertanyaan ini, bahwa mandi adalah ibadah yang ditetapkan Allah.

Ibadah haruslah dikerjakan sesuai syariat-Nya, baik itu diketahui hikmahnya atau tidak.

Beliau mengatakan banyak dokter yang menyatakan bahwa mandi setelah melakukan hubungan biologis dapat mengembalikan kekuatan tubuh dan mengembalikan tenaga yang hilang.

Mandi sangat bermanfaat bagi tubuh dan jiwa kita, dan apabila ditinggalkan, maka dapat menimbulkan mudharat.

Asal Usul Mandi Junub
Mandi junub berasal dari kata janaba yang berarti sisi atau bagian tertentu. Mandi junub bisa disebut sebagai mandi besar atau mandi wajib, dimana kita mandi menggunakan air suci mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh dari mulai ujung rambut hingga ujung kaki.

Tujuannya sendiri adalah menghilangkan hadas besar agar kita bisa suci dan sah melaksanakan ibadah shalat.

Foto, Koleksi Google

Siapa yang Diwajibkan Mandi Junub?
Ada beberapa sebab atau alasan mengapa seseorang harus mandi junub, yakni :

1.   Mengeluarkan air mani, baik sengaja maupun tidak
2.   Setelah berhubungan badan
3.   Setelah selesai menstruasi
4.   Selesai melahirkan/nifas
5.   Meninggal dunia (dimandikan oleh orang lain)

Tata cara Mandi Junub yang Benar
Tentang masalah mandi junub ini, ternyata ada beberapa riwayat hadits yang menyebutkan, yakni : dari Aisyah Ra, dan Maimunah binti Al Harits. Kedua wanita ini merupakan istri nabi, sehingga apa yang mereka sampaikan sudah pasti bisa menjadi tuntunan bagi kita semua.

Menurut Hadits riwayat Aisyah Ra
“Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)

Dari keterangan hadits diatas, dapat kita rincikan sebagai berikut ini :

1.   Tuangkan air untuk membasuh kedua telapak tangan
2.   Berwudhu seperti wudhu untuk sholat
3.   Ambil sebagian air kemudian menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata
4.   Setelah itu ambil air dan basuh kepala sebanyak tiga kali
5.   Lalu ambil air lagi lalu basuh bagian tubuh menggunakan sabun dan seterusnya sebagaimana mandi biasa

Menurut Hadits Riwayat Maimunah Binti al-Harits
Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan,
“Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)

Menurut Hadits riwayat Maimunah Ra, Rasulullah melakukan mandi junub caranya sebagai berikut :

1.   Mengambil air dengan tangan kanan kemudian membasuh kemaluan dengan tangan kirinya
2.   Membersihkan tangan kiri tadi dengan sabun
3.   Menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata
4.   Lalu kemudian membasuh kepala dengan air sebanyak 3 kali
5.   Berwudhu seperti wudhu akan sholat , sampai bagian membasuh telinga kanan dan kiri
6.   Menyiram dan membasuh semua bagian tubuh
7.   Lalu membasuh kedua kaki

Setelah membaca dua penjelasan diatas, kira-kira mana yang kita pilih?

Tidak perlu bingung, karena menurut Aisyah Ra atau Maimunah Ibnu Al Harits, semuanya benar.

Maka dari Dari sinilah kemudian ulama menggabungkan 2 hadits ini maka Tata Cara Mandi Junub Rasulullah adalah sebagai berikut

1.   Mengambil air lalu basuh kedua telapak tangan
2.   Membasuh kemaluan dengan tangan kiri
3.   Cuci tangan kiri dengan sabun, setelah bagian ini Rasulullah tidak menyentuh kemaluan lagi untuk dibersihkan
4.   Menyela bagian rambutnya dengan air (menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata)
5.   Basuh dan guyur kepala
6.   Berwudhu lengkap sebagai wudhu akan sholat
7.   Mengguyur dan mebasuh bagain tubuh secara keseluruhan kecuali kemaluan, kita dilarang untuk memegang Kemaluan.

Niat Mandi Junub
Niat ini dibaca dalam hati pada saat mulai membasuh bagian manapun dari tubuh.

Lafadz Niat Mandi Besar adalah:








Latinnya:

Nawaitul Ghusla Liraf’il Hadatsil Akbari Fardhan Lillahi Ta’alla

Artinya:

"Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadats besar dari badanku, Wajib karena Allah Ta’ala."

Begitulah tata cara mandi junub menurut Sunnah Rasulullah Saw, semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk kita semua. 
(Kajian Ust. Adi Hidayat, Lc, Ma) 

Sumber 1, Islamidia
Sumber 2, Bersama Islam


Video Tata Cara Mandi janabah (Junub)
Sumber,  Video oleh Naro Z Wibowo, Dipublikasikan tanggal 23 Des 2014

Selain tayangan Visualnya,  Agar dicermati juga Narasi yang diucapkan oleh Naratornya, Semoga ber manfaat









Kamis, 13 Juli 2017

Jalan-jalan ke Dieng Plateu, Wonosobo (Bagian 2)



Bukit Sikunir
Pukul 04.15 Mini Bus bergerak meninggalkan home stay menuju Sikunir Gunung (orang setempat menyebutnya begitu) tidak dengan sebutan, Gunung Sikunir

Gunung Sikunir berada diwilayah Desa Sembungan (Desa Tertinggi di Jawa Tengah, dengan ketinggian sekitar 2.200 M dpl) lumayan tinggi juga sih bila didatangi dengan berjalan kaki

Saya menyebutnya dengan Bukit Sikunir saja, bukan gunung, karena ketinggiannya lebih kurang sama dengan Bukit Sidengkeng bila jaraknya dihitung dari tempat kami parkir mobil


 



Tadinya Saya tidak ingin ikut ke Sikunir, logika Saya, kenapa harus bela-belain melihat matahari terbit dan meninggalkan sholat subuh, mendingan melihat sunrise dari home stay saja

Setelah diberitahu oleh pemandu wisata bahwa diatas Sikunir tersedia juga mushola untuk pengunjung, akhirnya Saya ikut

Mendaki Bukit Sikunir ternyata lebih berat dibanding naik ke Bukit Sidengkeng, Kemiringan lerengnya rata-rata hampir 70 derajat

Masalah buat  Aku?  Iyalah ! 
Jarang olahraga, tidur sedikit, udara dingin, subuh lagi

Hanya doa dan semangat  Kurang Piknik  sajalah yang akhirnya bisa membantu Saya sampai ke puncak Sikunir (2.500 M, dpl)

Baca juga, Taman Wisata Borneo Life di Kalimantan Timur

Suasana dipuncak Sikunir pada subuh itu seperti pasar malam, penuh dengan pengunjung yang datang, tujuannya sama, yaitu menunggu matahari terbit    

Saya agak pesimis untuk bisa melihat matahari terbit, karena sejak kemaren sering hujan dan cuaca selalu terlihat mendung

Dugaan Saya benar, sampai pukul 07.00, dan ditunggu lagi sampai pukul 08.00, matahari tidak menampakkan diri

Sedikit kecewalah !
Tetapi Saya masih punya plan B, Saya akan datang lagi kesini pada kesempatan yang lain

Sambil menyeruput kopi, Saya sempat mengobrol dengan orang yang bersebelahan duduk di salah satu lapak kopi di atas Bukit Sikunir

“Pengunjung juga Mas” Tanya Saya, (kebiasaan Saya yang Kepo)

Bukan Pak, Saya Petugas Keamanan disini” Jawab Si Mas

Saya baru tahu, kalau disini ada Security yang ditugaskan oleh pengelola tempat wisata untuk mengawasi pengunjung yang datang

Tanpa Saya tanya Si Mas melanjutkan lagi penjelasannya

“Kami sengaja tidak memakai seragam, agar suasananya tidak terlalu formil, tugas kami memantau pengunjung yang datang  

Siapa tahu ada yang tiba-tiba jatuh sakit karena tidak terbiasa dengan udara dingin dan ketinggian

Kami akan memberikan bantuan awal seperlunya, dan kemudian membawa korban kebawah untuk diberikan pertolongan lebih lanjut” Ujar si Mas dengan panjang dan lebar

“Oh begitu”  Jawab Saya Antusias

Karena pengamanan tertutup model begini, belum pernah Saya temui sebelumnya, dan kayaknya wajib ditiru oleh pengelola wisata di tempat lain

Saya mengerti, Tugas mereka tidak melulu hanya untuk search and resque saja, tetapi meliputi banyak hal seperti penyalahgunaan obat terlarang, alkohol dan juga perbuatan kriminal (Jika ada)


Mau melihat keindahan Masjid Ji’ranah, dilembah Saraf?

Matahari belum juga terlihat, padahal jam tangan Saya sudah menunjuk angka sepuluh, setelah membayar harga kopi, Saya bergabung dengan teman lainnya yang masih berphoto ria

Keponakanku Achie dari Bogor, tetap cantik walaupun belum mandi



Perjalanan menuruni bukit sikunir menuju parkiran terasa lebih mudah dan santai dibanding waktu naik, (anak kecil juga tau, he he)

Hari ini adalah hari terakhir kami di Dieng, waktu yang tersisa kami gunakan untuk mengunjungi Dieng Plateu Theater dan Bukit Ratapan Angin (kebetulan lokasi kedua objek wisata ini saling berdekatan)


Dieng Plateu Theater dan Ratapan Angin
Theater ini menayangkan film dokumenter sebagai informasi visual mengenai dataran tinggi Dieng dan sekitarnya

Bioskop ini memiliki kapasitas 100 kursi, cukup memadai untuk menampung pengunjung yang masuk

Sementara sebagian teman lainnya, sudah ada yang masuk ke area Bukit Ratapan Angin




Bukit Ratapan Angin hampir sama dengan Bukit Sidengkeng, kaya dengan view indah untuk fotografi, keindahan alam yang hanya dapat dilihat dari ketinggian, sangat mempesona





Yang hobinya glantungan, disini tersedia dua Flying Fox, satu ada di halaman theater dan satunya lagi di Bukit Pandang, biayanya 35K per sekali luncur





Selesai disini, Kami kembali ke Home Stay, membenahi ransel dan tentengan, Eh, ternyata kami disuguhi makan siang lagi

Sopir Mini Bus menyalakan mesin sebagai tanda bahwa Dia telah siap membawa kami pulang ke Jakarta


Informasi lain
Objek Wisata tersebar didalam dua wilayah Kabupaten (Wonosobo dan Banjarnegara) 

Tempat Wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah, Kawah Sikidang, Bukit Sidengkeng, Telaga Warna, Bukit Sikunir, Bukit Ratapan Angin, Kompleks Candi, dan Dieng Plateu Theater

Waktu terbaik untuk berkunjung kesini pada hari Sabtu dan Minggu (sepanjang tahun), sedangkan Peak Season jatuh pada awal bulan Agustus (Acara, Pemotongan Rambut Gimbal)

Tempat wisata lain yang masih dalam lingkup Dataran Tinggi Dieng adalah, Menara Pandang, Telaga Cebong, Selo Otek, Ondho Budho, Curug Sikarim, Gunung Prau, Goa Jaran, Goa Semar dan Museum Kailasa

Buah Tangan atau oleh-oleh khas Dieng adalah, Purwaceng, Carica, dan Mie Ongklok (yang terakhir ini sebaiknya tidak dibawa pulang, dinikmati ditempat penjualnya saja)

Terimakasih untuk Leader Byg Trip  sebagai Penyelenggara Tours, yang telah memberikan pelayanan terbaik selama tour ini berlangsung 
(Penginapan yang bersih dan aman, serta Jamuan makan tiga kali sehari dengan variasi menu)




Selamat berwisata, Utamakan kenyamanan dan keselamatan berwisata,
Hargai dan Hormati Keariefan Lokal dan Budaya Setempat, Buanglah sampah pada tempatnya, Salam

Sebaiknya, Baca Bagian1 dulu






Jalan-jalan ke Dieng Plateu, Wonosobo (Bagian 1)



Penunjuk Waktu telah masuk pukul 21.00 ketika Saya tiba disebuah gerai Fast Food dibilangan Semanggi pada Jum’at malam di bulan Februari lalu

Sebuah tempat yang telah kami sepakati sebelumnya, starting point untuk berkumpul bila ingin bepergian

Tujuan kami Dieng Plateu di Jawa Tengah, rombongan berjumlah 15 orang termasuk sopir, setelah peserta berikut barang bawaannya lengkap, Mini Bus meninggalkan tempat parkir menuju keluar kota

Malam belum begitu larut, ketika kami meninggalkan Tol Cipali untuk masuk ke Tol berikutnya, penumpang di kabin belakang telah ada yang terlelap, sementara yang lainnya masih asik dengan ponselnya

Saya tidak terbiasa tidur jika sedang dalam perjalanan, dan untuk mengusir rasa kantuk, hanya satu pilihanku, mengajak ngobrol Pak Sopir

Losari, Brebes, Tegal, dan Slawi sudah dilewati, hampir setengah wilayah Jawa Tengah telah kami arungi, posisi kami sekarang berada di lereng Gunung Slamet untuk menuju kota berikutnya, Purbalingga

Informasi yang Saya dapat dari Pak Sopir, menjelang subuh kami sudah sampai di Purbalingga, saat itu masih Saya sempatkan untuk berdoa agar perjalanan kami tidak ada halangan

Ternyata Pak Sopir benar, menjelang subuh kami sudah sampai di Purbalingga, setelah singgah beberapa menit pada sebuah masjid untuk Sholat Subuh, kami menuju Banjarnegara, untuk lanjut lagi ke kota berikutnya, Wonosobo

Dua jam berselang kami telah sampai di alun-alun kota Wonosobo, Alhamdulillah perjalanan lancar sesuai dengan rencana

Setelah cuci muka dan menikmati kopi panas dan jajanan, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Dieng Plateu

Jarak Wonosobo ke Dieng sekitar 25 Km, waktu itu Saya sempat bertanya kepada Pak Sopir, kenapa tidak langsung menggunakan jalan dari Banjarnegara menuju Dieng

Pak Sopir menjawab, Dia tidak mau ambil resiko di jalan, karena menurutnya perjalanan akan jauh lebih aman jika ke Wonosobo dulu baru menuju Dieng

Saya tidak ingin bertanya lebih jauh, karena Saya yakin Pak Sopir pasti lebih tahu kondisi jalan yang akan dilaluinya

Sekitar pukul 10.00 kami sudah sampai di Pintu Gerbang masuk ke Dataran Tinggi Dieng, tempat wisata pertama yang kami datangi adalah Kawah Sikidang






Kawah Sikidang
Ada tiga kawah di Dieng Plateu, Kawah Sikidang, Kawah Candra Dimuka, dan Kawah Sileri

Kawah Sikidang termasuk kawah yang terbaik, dan juga merupakan tempat wisata favorit, Kawah ini aman, dan mudah didatangi

Ketika kami memasuki wilayah Sikidang, aroma blerang mulai terasa menyengat dihidung, tidak berbahaya sih, tetapi cukup mengganggu karena belum terbiasa

Saya memasang masker yang tadi Saya beli diparkiran. Kemudian berbaur dengan pengunjung lain dan mendekat ke bibir kawah, asap putih dan aroma belerang yang keluar dari tengah kawah memberikan sensasi tersendiri yang tidak dijumpai ditempat wisata lain  










Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam, kami meninggalkan Kawah Sikidang menuju ke Home Stay untuk mandi, istirahat, makan siang, dan Sholat Zuhur


Wana Wisata Petak Sembilan
Tempat Witasa berikutnya yang kami datangi adalah Wana Wisata Petak Sembilan

Tempat wisata berupa bukit kecil yang ditumbuhi oleh rumputan diselingi oleh hutan kecil dengan ragam pohon yang tumbuh secara alami disitu

Dibukit ini terdapat area untuk Camping Ground, Pengunjung diperbolehkan mendirikan kemah untuk bermalam (kalau mau), tentunya setelah meminta ijin sebelumnya, kepada pengelola

Bukit kecil ini bernama Bukit Sidengkeng, aman untuk didaki karena sudah tersedia jalan untuk pendakian, bukit ini berukuran sedang dan tidak terlalu tinggi, sudut pendakian sekitar 30 derajat

Dari ketinggian Bukit Sidengkeng dapat dinikmati keindahan Telaga Warna, terutama pada saat terjadinya pergantian warna air telaga, pemandangan indah warna air telaga dari ketinggian, tidak dapat terlihat dengan baik jika kita berdiri langsung dipinggiran telaga

Perubahan warna air sangat tergantung pada kondisi cuaca (hujan atau panas) dan juga penyebaran kandungan sulfur yang terdapat pada air telaga





Telaga Warna
Kami menuruni Bukit Sidengkeng, untuk melihat lebih dekat Telaga Warna

Seperti yang Saya tulis sebelumnya, keindahan Telaga Warna hanya dapat dinikmati dengan lebih baik dari ketinggian saja

Disini kami hanya melepaskan penat sambil menghabiskan waktu untuk berphoto, membeli minuman ringan, dan menikmati jajanan yang banyak dijual disitu

Cuaca disekitar telaga mudah berubah dan tidak bisa diprediksi, dari semula cerah tiba-tiba berubah berkabut, dan hujan, dan tidak lama kemudian berubah menjadi cerah kembali








Kompleks Candi
Hujan mulai turun ketika kami meninggalkan Telaga Warna,  tujuan kami selanjutnya menuju kompleks percandian

Mengapa Saya menyebutnya dengan kompleks percandian  karena disitu terdapat beberapa bangunan candi, Saya tidak sempat memperhatikan yang mana Candi Bima atau Candi Arjuna dan seterusnya

Hujan belum juga reda, sementara candi yang mau didatangi berada diruang terbuka, dari pada kehujanan yang bisa berujung sakit, waktu tunggu hujan ini kami gunakan untuk menikmati Mie Ongklok disebuah kedai didepan kompleks candi (makanan khas Dieng ini, tampilannya sama seperti Mie Kuah biasa)

Mie Ongklok tandas, hujanpun berhenti, kami segera masuk ke area candi, waktu yang tersisa hanya sekitar satu jam saja, karena sudah tersita oleh hujan

Setelah berkeliling sebentar sambil mengambil photo seperlunya, Hampir menjelang maghrib ketika kami meninggalkan area tersebut




 


Acara selanjutnya, kembali ke Home Stay untuk mandi, makan malam, dan istirahat,  karena pada pukul 04.00 diniharinya, kami harus bersiap untuk mendaki Bukit Sikunir, mau melihat terbitnya matahari dari ketinggian