Suatu
hari, Saya mengunjungi Situs Cagar Budaya Pesanggrahan Taman Sari yang terletak
tidak jauh dari Keraton Kesultanan Jogyakarta
Kompleks
bangunan bersejarah yang didirikan pada Tahun 1757 ini, merupakan sebuah bangunan
tua berbeton tebal bergaya Eropah, dibangun oleh seorang arsitek kebangsaan
Portugis pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, Arsitek ini kemudian diangkat menjadi Demang dengan
nama dan gelar baru, Demang Tegis
Kompleks
bangunan berdiri dilahan seluas sekitar 12 Hektar, dalam perjalanan waktu posisinya
sekarang sepertinya sudah berada ditengah pemukiman penduduk
Menurut Pemandu Wisata yang menemani Saya, ada dua versi ceritera mengenai asal mula terbangunnya Pesanggrahan Taman Sari
Menurut
Babad Mangkubumi, Taman Sari dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada Tahun
1683 (Penanggalan Jawa) atau pada Tahun 1757 menurut Penanggalan Masehi, bersamaan
waktunya dengan pembangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Sedangkan
menurut Babad Memana dan Serat Rerengan, Taman Sari dibangun dibekas Keraton
Lama yang didirikan oleh Paku Buwono II, Pembangunan Taman Sari dipimpin oleh Tumenggung
Mangundipuro, kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Noto Kusumo, seluruh biaya
untuk pembangunan pesanggrahan ini
dibiayai oleh Bupati Madiun pada masa itu (Tumenggung Prawiro Sentiko)
Sebelum
dibuka untuk umum, Dulunya tempat ini merupakan tempat peristirahatan untuk keluarga
kesultanan, dalam kondisi darurat bangunan Taman Sari ini berfungsi juga
sebagai tempat perlindungan atau benteng pertahanan
Setelah
membayar tiket masuk, Saya masuk kedalam kompleks Taman Sari, pengunjung lain
yang bersamaan dengan kedatangan Saya saat itu lumayan banyak
Bangunan
kuno ini terbagi empat bagian yaitu Pulo Kencana, Pulo Penambung, Kolam
Pemandian, Bangunan Tempat tidur Sultan, dan sebuah Masjid
Sebelum
terjadinya kerusakan, Pulo Kenongo merupakan sebuah pulau yang berada ditengah danau
buatan, diatas pulau ini dibangun gedung berlantai dua yang disebut dengan
Gedhong Kenongo, dari kejauhan gedung ini terlihat seperti mengambang
diatas air
Disebelah
barat Pulo Kenongo terdapat sebuah bangunan berbentuk lingkaran yang bernama
Sumur Gumuling, pada masa lalu tempat ini digunakan sebagai masjid lengkap
dengan tempat untuk berwudhu
Dalam
catatan sejarah, pada tahun 1812, sebagian bangunan mengalami kerusakan karena
serangan serdadu Inggeris, kemudian pada tahun 1867 terjadi kerusakan lagi karena
adanya gempa bumi
Tanpa
terasa hampir dua jam lebih Saya mengelilingi tempat ini, Saya kemudian mencari
tempat duduk yang terdapat dibawah pohon dan bersandar sambil melepaskan
penat dikaki
Pikiran
Saya melayang kemasa lalu, membayangkan keindahan dan kemegahan yang dimiliki
oleh Pesanggrahan Taman Sari ini ketika masih belum terjadinya kerusakan
Tiba-tiba, tangan Saya terasa disentuh oleh jemari yang lembut, Saya segera menoleh kearah si Pemilik Tangan, terlihat sosok perempuan muda cantik, berkulit kuning, dan berambut panjang, perempuan ini mengenakan busana Tradisional Jawa (Kemben dengan bahu terbuka, dan pada bahunya ditutupi oleh sehelai selendang tipis berwarna hijau terang)
Dilihat dari model dan bahan pakaian yang dikenakan oleh perempuan ini, Saya menduga wanita ini adalah seorang Dayang atau bisa jadi seorang Puteri
Dilihat dari model dan bahan pakaian yang dikenakan oleh perempuan ini, Saya menduga wanita ini adalah seorang Dayang atau bisa jadi seorang Puteri
“Maaf Kisanak, Sebaiknya Anda tidak berada dilokasi ini, kami mau Siraman (mandi)” Kata perempuan
tersebut ramah dalam Bahasa Jawa yang halus
“Kecuali,
Kalau Kisanak mau ikut mandi juga” Katanya lagi dengan tetap menggunakan
Bahasa Jawa, anehnya Saya seolah mengerti dengan apa yang dikatakannya, padahal kemampuan Saya berbahasa Jawa sangat minim sekali
Saya
terpana, Seraya menoleh kearah kolam, pada kolam tersebut terlihat
tiga perempuan lain yang sedang bermain air, mereka tersenyum sambil melambaikan tangannya kearah Saya
Saya
mulai terbuai oleh suasana magis, bingung sekaligus ragu, antara mau ikutan
mandi dan perasaan khawatir kalau perbuatan Saya ini nantinya dianggap
menyalahi aturan, bisa-bisa Saya diamankan oleh Penjaga Taman
Ditengah
keraguan yang sedang terjadi, Tiba-tiba ada sebuah tangan lain yang menepuk pundak Saya
“Bapak,
Bangun Pak, hari sudah sore, kami mau tutup”
“Ada apa lagi ya” Pikirku sambil mengucek mata
Ternyata suara Pemilik Warung yang ingin mengambil bangku yang sedang Saya pinjam
untuk duduk karena warungnya sudah mau tutup
Ego Saya muncul, Ingin rasanya Saya membeli bangku yang Saya pinjam tadi, karena Pemilik Warung ini telah membuyarkan mimpi yang baru berlangsung setengah jalan, tetapi hal itu tidak terjadi, karena Saya segera membuang pikiran yang kurang manfaat tersebut
“Maafkan
Saya Bapak, Sepertinya Saya tadi ketiduran” Sahutku tersipu sambil meminta maaf
kepada yang punya bangku
Beberapa saat kemudian Saya baru tersadar, selain meminta maaf seharusnya Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Pemilik Warung karena telah membangunkan Saya pada saat yang tepat
Beberapa saat kemudian Saya baru tersadar, selain meminta maaf seharusnya Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Pemilik Warung karena telah membangunkan Saya pada saat yang tepat
Konon katanya, Jika mimpi tadi berlanjut, dan Saya terlanjur ikutan mandi dikolam, ada kemungkinan Saya tidak bisa kembali lagi ke alam nyata
Membayangkan kemungkinan tersebut bulu kuduk Saya jadi merinding, Masih mending jika di alam sana, Saya diangkat menjadi Demang atau Senopati, kalau misalnya cuma dijadikan Tukang Bersih Kolam, amit-amit deh, Saya pastinya minta deportasi
Setelah menenangkan diri, kemudian Saya beranjak menuju ketempat parkir dan berlalu meninggalkan Pesanggrahan Taman Sari
Membayangkan kemungkinan tersebut bulu kuduk Saya jadi merinding, Masih mending jika di alam sana, Saya diangkat menjadi Demang atau Senopati, kalau misalnya cuma dijadikan Tukang Bersih Kolam, amit-amit deh, Saya pastinya minta deportasi
Setelah menenangkan diri, kemudian Saya beranjak menuju ketempat parkir dan berlalu meninggalkan Pesanggrahan Taman Sari