Bukit Sikunir
Pukul
04.15 Mini Bus bergerak meninggalkan home stay menuju Sikunir Gunung (orang setempat
menyebutnya begitu) tidak dengan sebutan, Gunung Sikunir
Gunung
Sikunir berada diwilayah Desa Sembungan (Desa Tertinggi di Jawa Tengah, dengan
ketinggian sekitar 2.200 M dpl) lumayan tinggi juga sih bila didatangi dengan
berjalan kaki
Saya
menyebutnya dengan Bukit Sikunir saja, bukan gunung, karena ketinggiannya lebih
kurang sama dengan Bukit Sidengkeng bila jaraknya dihitung dari tempat kami
parkir mobil
Tadinya
Saya tidak ingin ikut ke Sikunir, logika Saya, kenapa harus bela-belain melihat
matahari terbit dan meninggalkan sholat subuh, mendingan melihat sunrise dari
home stay saja
Setelah
diberitahu oleh pemandu wisata bahwa diatas Sikunir tersedia juga mushola untuk
pengunjung, akhirnya Saya ikut
Mendaki
Bukit Sikunir ternyata lebih berat dibanding naik ke Bukit Sidengkeng,
Kemiringan lerengnya rata-rata hampir 70 derajat
Masalah
buat Aku?
Iyalah !
Jarang
olahraga, tidur sedikit, udara dingin, subuh lagi
Hanya
doa dan semangat Kurang Piknik sajalah yang akhirnya bisa membantu
Saya sampai ke puncak Sikunir (2.500 M, dpl)
Suasana
dipuncak Sikunir pada subuh itu seperti pasar malam, penuh dengan pengunjung
yang datang, tujuannya sama, yaitu menunggu matahari terbit
Saya
agak pesimis untuk bisa melihat matahari terbit, karena sejak kemaren sering hujan
dan cuaca selalu terlihat mendung
Dugaan
Saya benar, sampai pukul 07.00, dan ditunggu lagi sampai
pukul 08.00, matahari tidak menampakkan diri
Sedikit kecewalah !
Tetapi Saya
masih punya plan B, Saya akan datang lagi kesini
pada kesempatan yang lain
Sambil
menyeruput kopi, Saya sempat mengobrol dengan orang yang bersebelahan duduk di
salah satu lapak kopi di atas Bukit Sikunir
“Pengunjung
juga Mas” Tanya Saya, (kebiasaan Saya yang Kepo)
“Bukan Pak,
Saya Petugas Keamanan disini” Jawab Si Mas
Saya
baru tahu, kalau disini ada Security yang ditugaskan oleh
pengelola tempat wisata untuk mengawasi pengunjung yang datang
Tanpa
Saya tanya Si Mas melanjutkan lagi penjelasannya
“Kami
sengaja tidak memakai seragam, agar suasananya tidak terlalu
formil, tugas kami memantau pengunjung yang datang”
“Siapa tahu ada yang tiba-tiba jatuh sakit
karena tidak terbiasa dengan udara dingin dan ketinggian”
“Kami akan memberikan
bantuan awal seperlunya, dan kemudian membawa korban kebawah untuk diberikan
pertolongan lebih lanjut” Ujar si Mas dengan panjang dan
lebar
“Oh
begitu” Jawab Saya Antusias
Karena
pengamanan tertutup model begini, belum pernah Saya temui sebelumnya, dan
kayaknya wajib ditiru oleh pengelola wisata di tempat lain
Saya
mengerti, Tugas mereka tidak melulu hanya untuk search and resque saja, tetapi
meliputi banyak hal seperti penyalahgunaan obat terlarang, alkohol dan juga perbuatan kriminal (Jika ada)
Mau melihat keindahan Masjid Ji’ranah, dilembah Saraf?
Matahari
belum juga terlihat, padahal jam tangan Saya sudah menunjuk angka sepuluh,
setelah membayar harga kopi, Saya bergabung dengan teman lainnya yang masih
berphoto riaMau melihat keindahan Masjid Ji’ranah, dilembah Saraf?
Keponakanku Achie dari Bogor, tetap cantik walaupun belum mandi |
Perjalanan
menuruni bukit sikunir menuju parkiran terasa lebih mudah dan santai dibanding
waktu naik, (anak kecil juga tau, he he)
Hari
ini adalah hari terakhir kami di Dieng, waktu yang tersisa kami gunakan untuk
mengunjungi Dieng Plateu Theater dan Bukit Ratapan Angin (kebetulan lokasi
kedua objek wisata ini saling berdekatan)
Dieng Plateu Theater dan Ratapan Angin
Theater
ini menayangkan film dokumenter sebagai informasi visual mengenai dataran
tinggi Dieng dan sekitarnya
Bioskop
ini memiliki kapasitas 100 kursi, cukup memadai untuk menampung pengunjung yang
masuk
Sementara
sebagian teman lainnya, sudah ada yang masuk ke area Bukit Ratapan
Angin
Bukit
Ratapan Angin hampir sama dengan Bukit Sidengkeng, kaya dengan view
indah untuk fotografi, keindahan alam yang hanya dapat
dilihat dari ketinggian, sangat mempesona
Yang
hobinya glantungan, disini tersedia dua Flying Fox, satu ada di halaman
theater dan satunya lagi di Bukit Pandang, biayanya 35K per sekali luncur
Selesai
disini, Kami kembali ke Home Stay, membenahi ransel dan tentengan, Eh,
ternyata kami disuguhi makan siang lagi
Sopir
Mini Bus menyalakan mesin sebagai tanda bahwa Dia telah siap membawa kami
pulang ke Jakarta
Informasi lain
Objek
Wisata tersebar didalam dua wilayah Kabupaten (Wonosobo dan Banjarnegara)
Tempat
Wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah, Kawah Sikidang, Bukit Sidengkeng,
Telaga Warna, Bukit Sikunir, Bukit Ratapan Angin, Kompleks Candi, dan Dieng
Plateu Theater
Waktu
terbaik untuk berkunjung kesini pada hari Sabtu dan Minggu (sepanjang tahun),
sedangkan Peak Season jatuh pada awal bulan Agustus (Acara, Pemotongan Rambut
Gimbal)
Tempat
wisata lain yang masih dalam lingkup Dataran Tinggi Dieng adalah, Menara
Pandang, Telaga Cebong, Selo Otek, Ondho Budho, Curug Sikarim, Gunung Prau, Goa
Jaran, Goa Semar dan Museum Kailasa
Buah
Tangan atau oleh-oleh khas Dieng adalah, Purwaceng, Carica, dan Mie Ongklok
(yang terakhir ini sebaiknya tidak dibawa pulang, dinikmati ditempat penjualnya
saja)
Terimakasih
untuk Leader Byg Trip sebagai Penyelenggara Tours, yang telah memberikan
pelayanan terbaik selama tour ini berlangsung
(Penginapan
yang bersih dan aman, serta Jamuan makan tiga kali sehari dengan variasi menu)
Selamat berwisata, Utamakan kenyamanan
dan keselamatan berwisata,
Hargai
dan Hormati Keariefan Lokal dan Budaya Setempat, Buanglah sampah pada tempatnya, Salam