Umratan,
Omra, atau lebih dikenal di Negara kita dgn sebutan Umroh, Adalah kunjungan warga
muslim ke Baitullah di Mekah untuk melaksanakan ibadah keagamaan menurut tata
cara yang telah ditentukan, dan dapat dilakukan kapan saja disepanjang tahun
kecuali pada hari arafah dan hari tasyriq (bagi orang yang ber haji)
Selain
pengalaman spiritual yang tidak bisa Saya tuliskan secara detail disini, ada
juga beberapa pengalaman lain yang Saya alami dalam melaksanakan ibadah Umroh
tersebut
Saya
berbagi kepada pembaca, dgn harapan pengalaman ini nantinya dapat menjadi
sedikit pembelajaran dan pencerahan
Pulang Kampung
Jika
ada orang yang bertanya, Apakah Saya ingin berlama-lama berada di Mekah? Saya pasti akan menjawab “iya” dengan anggukan
kepala
Karena
jumlah hari yang diijinkan oleh penyedia perjalanan telah habis, maka Saya dan
rombongan bersiap untuk pulang ke tanah air
Setelah
menyelesaikan thowaf yang terakhir, kemudian kembali ke hotel untuk makan siang,
kami segera membenahi barang, agar tidak ada yang tertinggal
Pada pukul 13.30 Bus yang membawa kami ke Jedah mulai berjalan meninggalkan Mekah, Bus ini cukup besar dan nyaman, sopirnya seorang keturunan arab yang berdomisili di Jedah, pengalamannya sebagai sopir bus sekitar lima tahun
Persiapan untuk pulang |
Dari Mekah menuju ke Jedah membutuhkan waktu empat jam, suasana dalam perjalanan aman dan lancar, dan pada pukul 17.30 kami telah sampai di Jedah
Jadwal
penerbangan pesawat dari Jedah ke Jakarta pada pukul 24.00, jadi ada
waktu kosong sekitar tiga jam yang bisa dimanfaatkan untuk berkeliling
kota Jedah
Ketua
rombongan mengusulkan, untuk mengunjungi Al Corniche Commercial Center, salah
satu Pusat Perbelanjaan yang ada di Jedah, kemudian jika waktunya mencukupi
akan melihat Masjid Terapung ditepi Laut Merah
Corniche
Center ini, biasanya disebut juga dengan Al Ballad, kami hanya CLBK (Cuma
Lihat, Beli Kagak), karena barang yang dijual disitu hampir sama saja dengan
yang ada di Jakarta
Dibagian samping kiri Al Corniche dijual rupa-rupa makanan khas Indonesia, seperti Bakso, Pecel Lele dll, Saya tergiur untuk mencicipinya karena ada rasa ingin tahu, bagaimana citarasa makanan yang populer di Indonesia ini jika dimasak oleh orang arab
Dibagian samping kiri Al Corniche dijual rupa-rupa makanan khas Indonesia, seperti Bakso, Pecel Lele dll, Saya tergiur untuk mencicipinya karena ada rasa ingin tahu, bagaimana citarasa makanan yang populer di Indonesia ini jika dimasak oleh orang arab
“Ternyata
Saya salah” karena yang berjualan makanan tersebut adalah migran yang berasal
dari Indonesia juga
Menjelang
waktu Maghrib, kami telah berada di Masjid Terapung (maaf, Saya lupa nama
Masjid ini) yang terletak di pinggiran Laut Merah utk melaksanakan sholat
Maghrib dan Isya
Sebelumnya
Saya membayangkan yang namanya Masjid Terapung ini adalah sebuah masjid yang
dibangun diatas kapal atau diatas tongkang yang mengapung dipermukaan Laut Merah
“Ternyata
Saya salah lagi” karena yang dinamakan
Masjid Terapung ini adalah bangunan sebuah masjid yang tidak terlalu besar yang
dibangun pada perairan dangkal, dengan fondasi menggunakan tiang pancang beton
Kemudian dari daratan menuju ke masjid tersebut, dibuat sebuah jembatan penghubung selebar tiga Meter dengan panjang tiga puluh Meter, mirip dengan konstruksi beberapa masjid yang dibangun di sepanjang Sungai Martapura, Banjarmasin
Sekarang,
sudah saatnya kami menuju Bandar Udara King Abdul Aziz untuk naik ke pesawat
yang akan membawa rombongan pulang ke Indonesia
Setelah
membenahi bagasi dan melewati pemeriksaan paspor, sembilan jam kemudian pesawat
mendarat di Bandar Udara Soekarno Hatta,Cengkareng
“Alhamdulillah kami telah sampai kembali di Indonesia dengan selamat”
Perjalanan (2) Madinah Al Munawarah
Perjalanan (3) Mekah Al Mukaromah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar